cover
Contact Name
Nurjazuli
Contact Email
nurjazulifkmundip@gmail.com
Phone
+6282133023107
Journal Mail Official
jkli@live.undip.ac.id
Editorial Address
Faculty of Public Health, Diponegoro University Jl. Prof. Soedarto, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Central Java, Indonesia 50275
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kesehatan Lingkungan indonesia
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 14124939     EISSN : 25027085     DOI : -
Core Subject : Health, Social,
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia (JKLI, p-ISSN: 1412-4939, e-ISSN:2502-7085, http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli) provides a forum for publishing the original research articles related to: Environmental Health Environmental Epidemiology Environmental Health Risk Assessment Environmental Health Technology Environmental-Based Diseases Environmental Toxicology Water and Sanitation Waste Management Pesticides Exposure Vector Control Food Safety
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 2 (2021): Oktober 2021" : 10 Documents clear
Evaluasi terhadap Pelaksanaan Rencana Kelola Lingkungan - Rencana Pemantauan Lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Chik DiTiro Kabupaten Pidie Mashadi, Mashadi; Mahidin, Mahidin; Mariana, Mariana
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 20, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.20.2.90-96

Abstract

Latar belakang: Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tgk DiTiro, yang telah terakreditasi B sejak tahun 2014, merupakan milik Pemerintah Kabupaten Pidie. Aktivitas RSUD yang sangat kompleks tidak hanya memberikan dampak positif, namun juga berdampak negatif bagi masyarakat sekitarnya. Dampak negatif yang ditimbulkan antara lain adalah pencemaran lingkungan dari berbagai aktivitas Rumah Sakit terutama dalam pengelolaan limbah Rumah Sakit yang belum menenuhi standar. Tujuan penelitian dalah untuk menganalisis tingkat komitmen manajemen dalam melaksanakan rekomendasi yang tertuang dalam Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan - Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL-RPL) di RSUD Tgk DiTiro Kabupaten Pidie.Metode: Penelitian menggunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif, berupa hasil observasi, wawancara, pengisian kuisioner dan dokumentasi. Kuisioner atau angket yang disebarkan sebanyak 30 kepada responden yang dianggap paling memahami tentang pelaksanaan RKL-RPL. Data hasil kuisioner dan wawancara dikorelasikan dengan teori pendukung dan pengelohan data uji statistik yang relevan.Hasil: Dari hasil analisis diketahui bahwa RSUD Tgk DiTiro Kabupaten Pidie dalam sistem pengelolaan lingkungan sudah terlihat baik, terutama penanganan limbah, pemantauan kualitas air dan biota air.Simpulan: secara keseluruhan pengelolaan lingkungan di RSDK Tgk DiTiro diimplementasi dengan baik, namun tingkat pengelolaannya perlu  ditingkatkan lagi seperti terutama limbah medis. ABSTRACT.Title: Evaluation of Environmental Management and Monitoring Plan at The Regional General Hospital Tgk Chik DiTiro, Pidie RegencyBackground: Tgk Chik DiTiro Regional General Hospital (RSUD), which has been accredited B since 2014, belongs to the Pidie Regency Government. Hospital activities that are very complex not only have positive impacts but also negative sides to surrounding people. Negative impacts include environmental pollution appeared from various activities at the hospital, mainly hospital waste management which still not comply the regulation standard. The aims of this study are to analyze the commitments of the management in running the recommendations written in the Document of Environmental Management Plan - Environmental Monitoring Plan (RKL-RPL) at the Tgk Chik DiTiro Regional General Hospital in Pidie Regency.Method: The study uses qualitative descriptive  method, including observations, interviews, filling out questionnaires and documentation. About 30 pieces of questionnaire were distributed to people who were considered understanding RKL-RPL implementation. The results and interview were correlated with supporting theories and elaboration of relevant statistical test data. Conclusion: This research concluded that The Tgk Chik DiTiro Regional General Hospital is considered good at its enviromental management system, especially at waste management and the monitoring of water quality and water biota. Although overall environmental management is well implemented, the level of management needs to be improved, such as medical waste handling.
Kajian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Lingkungan Kumuh Kota Palembang: Studi Kualitatif Azizah, Nur; Ardillah, Yustini; Sari, Indah Purnama; Windusari, Yuanita
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 20, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.20.2.65-73

Abstract

Latar Belakang:  Daerah kumuh terluas di Palembang yaitu di Kecamatan Sebrang Ulu 2 dengan luas wilayah kumuh 459,9 Ha dari besar wilayah 873 Ha, jumlah penduduk 100.575 dan kepadatan penduduk mencapai 174,61 /Ha dengan berbagai tingkat kekumuhan mulai dari kumuh sedang hingga berat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menggambarkan pilar-pilar STBM di lingkungan kumuh Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Informasi didapatkan dari wawancara mendalam dan photovoice. Informan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang yang ditetapkan secara langsung oleh peneliti (purposive sampling) berdasarkan kriteria yang dibutuhkan terdiri dari 11 orang informan kunci dan 2orang informan biasa. Analisis data yang digunakan adalah content analysis. Uji validitas yang dilakukan melalui triangulasi sumber, metode, dan data.Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukan pilar pertama yaitu Stop Buang air besar Sembarangan masyarakat telah memiliki jamban baik milik sendiri maupun sharing, dengan konstruksi bangunan lengkap maupun tidak berseptic tank untuk yang di pinggiran sungai. Pilar kedua berupa Cuci Tangan Pakai Sabun masyarakat masih menganggap cuci tangan dengan air saja sudah cukup. Pilar Ketiga yaitu Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga masyarakat telah melakukan pengelolaan dengan baik karena mereka menyadari dampak kesehatan jika makanan dan air minum yang dikonsumsi tidak bersih. Pilar keempat yaitu pengamanan sampah rumah tangga masyarakat belum melakukan pengamanan dan masih ada yang membuang sampah kesungai. Pilar kelima yaitu pengamanan air limbah rumah tangga masyarakat cenderung langsung membuang air limbah langsung kesungai, tanah, ataupun drainase.Simpulan:  Dapat disimpulkan bahwa sanitasi dasar yang mencakup 5 pilar STBM dari kelimanya tidak semuanya dilaksanakan dengan optimal dikarenakan masyarakat belum mengetahui mengenai STBM juga kegiatan yang dilakukan telah menjadi kebiasaan dan sulit untuk dirubah. ABSTRACT Title: Study of Community Lead Total Sanitation in Slum Area, Palembang City: Qualitative StudyBackground:  The widest slum area in Palembang was in Seberang Ulu 2  District with slum area 459,9 ha of  the total area 873 ha, the population were 100.575 and  the population density reach  174,61/ha with various levels of slum from medium to heavy slum. The purpose of this study was to assessed and described the pillars STBM in slum area Seberang Ulu II District Palembang.Methods:  This research was qualitative  descriptive method. Information collected through in-depth interviews  and  photovoice. The informants in this study were 13 people. Analysis of the data used content analysis. Validity test used through triangulation of sources, methods, and data.Result:  The results of the study showed that the first pillar was SBS, the community had toilets either owned or shared, with the construction of a complete building or not using septic tank in the riverside. The second pillar was CTPS people still think washing hands with water was sufficient. The third pillar was PAMM-RT the society was managing well because they were aware of the health impact if the food and drink consumed water was not clean. The fourth pillar was household waste management the community has not carried out security for waste and there were still people who threw the garbage into the river. The fifth pillar was household waste water management people tend to throw the wastewater directly into the river, land, or drainage.Conclusion:  It can be concluded that the basic sanitation that includes five pillars STBM has not gone well enough.
Risiko Gangguan Kesehatan Masyarakat Akibat Pajanan PM10 di Kota Padang Nur, Erdi; Seno, Basuki Ario; Hidayanti, Rahmi
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 20, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.20.2.97-103

Abstract

Latar belakang: Pencemaran udara merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang mempunyai dampak serius pada kesehatan manusia dan kualitas lingkungan. Salah satu polutan udara yang dapat menyebabkan masalah kesehatan adalah partikel debu/ Particullate Matter (PM10). Kegiatan penambangan tanah liat di Gunung Sarik merupakan yang terbesar di Kota Padang. Proses pengangkutan tanah liat ke perusahaan, menimbulkan dampak terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Penelitian bertujuan menganalisis risiko lingkungan pajanan PM 10 kegiatan penambangan tanah liat dan manajemen risiko yang dapat dilakukan.Metode: Penelitian menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Penelitian dilakukan pada bulan April sampai November 2019, sebanyak 53 responden. Parameter yang diukur adalah PM10  pada empat titik pengukuran. Teknik pengambilan sampel secara systematik random sampling. Instrumen berupa LVAS, termohygrometer, anemometer, timbangan dan kuesioner. Analisis data menggunakan tahapan analisis risiko lingkungan.Hasil: Konsentrasi PM10 adalah 0,152 µg/m3 melebihi baku mutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009. Nilai intake pajanan PM10 secara inhalasi di titik empat memiliki nilai RQ > 1, menunjukkan bahwa pemajanan tidak aman bagi masyarakat di sepanjang jalan Gunung Sarik sehingga perlu dilakukan pengendalian.Simpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat satu titik pengukuran dengan konsentrasi PM10 udara ambien di Gunung Sarik 0,152 µg/m3 melewati baku mutu sesuai PP No 41 Tahun 2009 yaitu 150 µg/m3 . Hasil analisis risiko RQ>1, artinya pemajanan tidak aman bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang Jalan Gunung Sarikdan sebanyak 43 responden (86%) memiliki gejala gangguan saluran pernafasan ABSTRACTTitle: Public Health Problems Due to PM10 Exposure in Padang CityBackground: Air pollution is a public health problem that has a serious impact on human health and environmental quality. One of the air pollutants that can cause health problems is dust particles / Particullate Matter (PM10). The clay mining activity in Gunung Sarik is the largest in Padang City. The process of transporting clay to the company has an impact on the community and the surrounding environment. This study aims to analyze the environmental risk of exposure to PM10 clay mining activities and the risk management that can be carried out.Method: The study used the Environmental Health Risk Analysis (ARKL) method. The study was conducted from April to November 2019, with a total of 53 respondents. The measured parameter is the four point PM10 measurement. The sampling technique is systematic random sampling. Instruments using LVAS, thermohygrometer, anemometer, scales and questionnaires. Data analysis uses the environmental risk analysis stage. Result: The concentration of PM10 is 0.152 µg/m3 exceeding the quality standard in accordance with Government Regulation No. 41 of 2009. The value of PM10 exposure by inhalation at point four has a value of RQ> 1, indicating that the exposure is not safe for the community along the Gunung Sarik road so it needs to be done control. Conclusion: The results showed that there was a single point of measurement with the concentration of PM10 in ambient air at Mount Sarik 0.152 µg / m3 passing the quality standard according to Government Regulation No. 41 of 2009, namely 150 µg / m3. The results of the risk analysis RQ> 1, meaning that the exposure is not safe for people who live along Jalan Gunung Sarik and as many as 43 respondents (86%) have symptoms of respiratory problems.  
Pengaruh Lingkungan Terbangun terhadap Aktivitas Fisik Untuk Kesehatan Lanjut Usia Indradjati, Petrus Natalivan; Rahayu, Amalia
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 20, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.20.2.112-119

Abstract

Latar belakang: Semakin meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia, maka persoalan kesehatan pada kelompok ini menjadi isu penting di masa mendatang. Salah satu yang berkontribusi pada kesehatan lanjut usia adalah aktivitas fisiknya yang dipengaruhi tidak hanya faktor personal tetapi juga oleh faktor lingkungan terbangun. Penelitian hubungan antara lingkungan terbangun dengan aktivitas fisik dan kesehatan lanjut usia banyak dilakukan, khususnya di negara maju, namun pada kondisi sosial ekonomi dan karakteristik perkotaan di Indonesia masih sangat terbatas.Metode: Penelitian ini mengeksplorasi pengaruh lingkungan terbangun terhadap aktivitas fisik/kesehatan lanjut usia pada lima kelurahan di pusat Kota Surakarta. Faktor lingkungan terbangun mencakup aksesibilitas, kenyamanan, kejelasan orientasi, keamanan dan keselamatan.  Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan penyebaran kuesioner pada 100 responden lanjut usia secara accidental (non-probabilistic sampling) dari jumlah populasi lanjut usia sebanyak 2417 jiwa. Analisis asosiasi dengan uji chi square dan uji somers’d untuk melihat hubungan antara aktivitas fisik dengan karakteristik personal lanjut usia dan faktor lingkungan terbangun.Hasil: Kesehatan menjadi alasan utama usia lanjut melakukan aktivitas fisik (58% responden). Namun tingkat aktivitas fisiknya tidak berhubungan dengan karakteristik personal seperti jenis kelamin, pendidikan, dan penyakit tidak menular yang diderita (nilai signifikansi > 0.05). Faktor lingkungan terbangun yang berpengaruh pada aktivitas fisik lanjut usia adalah kemudahan menyeberang (nilai signifikansi 0,000) dan keamanan jalur penyeberangan (nilai signifikansi 0,000).Simpulan: Tidak seluruh faktor lingkungan terbangun akan mendorong lanjut usia melakukan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatannya. Intervensi terhadap faktor keamanan dan desain penyeberangan untuk mengatasi konflik dengan kendaraan bermotor sangat penting di pusat kota. ABSTRACT Title: The Influence of the Built Environment on Physical Activity for the Health of ElderlyBackground: As the number of elderly people increases, health problems in this group will become an important issue in the future. One of the factors that contribute to the health of the elderly is their physical activity which is influenced not only by personal factors but also by the built environment. Research on the relationship between the built environment and physical activity and the health of the elderly have been widely carried out, especially in developed countries; but the socio-economic conditions and urban characteristics in developing countries like Indonesia are still very limited.Method: This research explores the influence of the built environment on the physical activity/health of the elderly in five urban villages in the center of Surakarta. Built environment factors include accessibility, level of comfort, clarity of orientation, security and safety. Data collection is carried out by observing and distributing questionnaires to 100 elderly respondents by non-probabilistic sampling from a total elderly population of 2417 people. Association analysis with the Chi-square test and Somers’s test to see the relationship between physical activity and personal characteristics of the elderly and built environment factors.Result: Staying healthy is the main reason for elderly to do physical activity (58% of respondents). However, the level of physical activity is not related to personal characteristics such as gender, education, and non-communicable diseases (significance value > 0.05). Built environment factors that affect the physical activity of the elderly are the convenience of crossing (significance value 0.000) and the safety of the crossing (significance value 0.000).Conclusion: Not all built environmental factors will encourage the elderly to do physical activity to maintain their health. Intervention on safety factors and crossing designs to resolve conflicts with motorized vehicles is very important in the city center. 
Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Sehat pada Rumah Kos Mahasiswa di Lingkungan Kampus Universitas Andalas Gusti, Aria; Risandi, Rahma
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 20, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.20.2.74-81

Abstract

Latar belakang: Sanitasi lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, menurunkan konsentrasi belajar dan aktivitas sehari-hari di rumah kos mahasiswa. Penelitian ini bertujuan menilai fasilitas sanitasi lingkungan dan perilaku sehat mahasiswa di rumah kos sekitar kampus Universitas Andalas.Metode: Menggunakan pendekatan studi kasus, studi ini fokus pada kos-kosan mahasiswa di lingkungan kampus Universitas Andalas di Kecamatan Pauh Kota Padang. Sebanyak 96 rumah kos mahasiswa menjadi sampel dalam penelitian ini. Instrumen penelitian yang digunakan berupa formulir observasi berisi variabel-variabel yang akan diteliti yaitu kondisi rumah, penyediaan air bersih, saluran pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah dan jamban yang digunakan oleh penghuni asrama ataupun kos mahasiswa. Data diperoleh dengan wawancara langsung terhadap penghuni kos dan observasi lapangan.Hasil: Sebagian besar (91,7%) rumah kos mahasiswa Universitas Andalas berlantai ubin/keramik. Lebih dari setengah (60,4%) kamar kos tidak memiliki ventilasi. Air minum isi ulang menjadi pilihan dari hampir semua (96,9%) rumah kos di di Lingkungan Universitas Andalas. Semua rumah kos di lingkungan Universitas Andalas memiliki jamban. Lebih dari setengah (61,5%) rumah kos mahasiswa di di Lingkungan Universitas Andalas terdapat vektor penyebar penyakit baik berupa lalat, nyamuk, tikus, maupun kecoa. Hampir semua (91,7%) penghuni kos di di Lingkungan Universitas Andalas tidak memiliki kebiasaan merokok. Simpulan: Rumah kos mahasiswa di di Lingkungan Universitas Andalas yang tersebar di 3 kelurahan di Kecamatan Pauh Kota Padang hampir semuanya memenuhi persyaratan rumah sehat. ABSTRACT Title: Environmental Sanitation of Student Boarding Houses at Universitas AndalasBackground: Poor environmental sanitation can affect student motivation, reduce concentration of learning and daily activities at the student boarding house. This study aims to assess the availability of environmental sanitation facilities and the behavior of students' environmental sanitation in terms of utilizing available environmental sanitation facilities.Method: Using a case study approach, this study focuses on student boarding at the Andalas University campus environment in Pauh District, Padang City. The research instrument used was in the form of an observation form containing variables to be examined, namely the condition of housing, water supply, sewerage, garbage disposal and latrines used by residents of the dormitory or boarding students. Data obtained by direct interviews with boarders and field observations. Result: Most Andalas University boarding house students have tile / ceramic floors. More than half of the boarding rooms do not have ventilation. Refill drinking water is the choice of almost all boarding houses in Andalas University. All boarding houses in the Andalas University environment have latrines. More than half of the student boarding houses in Andalas University, there are disease-spreading vektors in the form of flies, mosquitoes, rats and cockroaches. Almost all boarders in Andalas University are not smoking.Conclusion: The boarding houses of students at Andalas University are spread over 3 villages in Pauh District, Padang City, almost all of them fulfill the requirements of a healthy home. 
Hubungan Kadar CO Udara dengan Kadar Karboksihemoglobin Pada Pedagang Kaki Lima Sekitar Traffic Light Rizaldi, Muhammad Addin; Ma’rufi, Isa; Ellyke, Ellyke
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 20, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.20.2.104-111

Abstract

Latar belakang: Paparan karbon Monoksida dapat menyebabkan keracunan yang dapat mmembentuk karboksihemoglobin (COHb) dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar CO Udara dengan Kadar COHb pada pedagang kaki lima.Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan studi cross sectional. Sampel yang diambil berjumlah 28 pedagang kaki lima. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Teknik Purposive Sampling. Pengujian kadar COHb dilakukan menggunakan spektofotometri yang dilakukan di Laboratoriaum Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Pengambilan sampel udara dilakukan menggunakan alat CO Monitor. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini uji korelasi spearmen dan Chi Square.Hasil:  Hasil pada penelitian ini diketahui bahwa ada beberapa titik yang memiliki kadar CO udara diatas baku mutu yaitu pada pagi hari di traffic light Jalan Gajah Mada serta pada pagi dan malam hari di traffic light Jalan Basuki Rahmat. Berdasarkan hasil analisis terdapat hubungan antara faktor individu merokok (p=0,0001) dan umur (p=0,030) dengan kadar COHb dalam darah. Variabel yang tidak berhubungan adalah kadar CO Udara (p=0,376) dan keluhan kesehatan.Simpulan: Masih ada kadar CO udara diatas baku mutu, terdapat hubungan antara faktor individu umur dan merokok dengan peningkatan kadar COHb. ABSTRACT Title: Relationship of Cabon Monoxide Levels with Carboxyhemoglobyn Levels in Street Vendor around Traffic Light Basuki Rahmat Street and Gajah Mada Street Jember RegencyBackground: Carbon monoxide exposure can cause poisoning which can form carboxyhemoglobin (COHb) in the blood. This study aims to determine the relationship between air CO levels and COHb levels in street vendors.Method: This type of research is an observational analytic with a quantitative approach and a cross sectional study design. Samples taken amounted to 28 street vendors. Sampling in this study using purposive sampling technique. Testing of Carboxyhemoglobyn was carried out using spectophotometry which was carried out at the Biochemistry Laboratory of the Faculty of Medicine, University of Jember. Air sampling was carried out using a CO Monitor tool. The analysis conducted in this study was the spearmen correlation test and Chi Square.Result: The results of this study show that there are several points that have carbon monoxide levels above the quality standard. Based on the results of the Chi Square test, it is known that there is a relationship between individual smoking factors (p = 0.0001) and age (p = 0.030) with COHb levels. Unrelated variables were air CO levels (p = 0.376) and health complaints. Conclusion: There are still carbon monoxide levels that are above the quality standard, there is a relationship between individual age factors and smoking with an increase in COHb levels.ABSTRACT Title: Relationship of Cabon Monoxide Levels with Carboxyhemoglobyn Levels in Street Vendor around Traffic Light Basuki Rahmat Street and Gajah Mada Street Jember RegencyBackground:Carbon monoxide exposure can cause poisoning which can form carboxyhemoglobin (COHb) in the blood. This study aims to determine the relationship between air CO levels and COHb levels in street vendors.MethodThis type of research is an observational analytic with a quantitative approach and a cross sectional study design. Samples taken amounted to 28 street vendors. Sampling in this study using purposive sampling technique. Testing of Carboxyhemoglobyn was carried out using spectophotometry which was carried out at the Biochemistry Laboratory of the Faculty of Medicine, University of Jember. Air sampling was carried out using a CO Monitor tool. The analysis conducted in this study was the spearmen correlation test and Chi Square.Result: The results of this study show that there are several points that have carbon monoxide levels above the quality standard. Based on the results of the Chi Square test, it is known that there is a relationship between individual smoking factors (p = 0.0001) and age (p = 0.030) with COHb levels. Unrelated variables were air CO levels (p = 0.376) and health complaints.Conclusion: There are still carbon monoxide levels that are above the quality standard, there is a relationship between individual age factors and smoking with an increase in COHb levels.
Spot Survei Entomologi Malaria di Daerah Epidemi di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan Ridha, Muhammad Rasyid; Hairani, Budi; Fadilly, Abdullah
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 20, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.20.2.82-89

Abstract

Latar belakang: Indonesia menargetkan eliminasi malaria pada tahun 2030. Kabupaten Kotabaru merupakan daerah endemis malaria. Salah satu Desa Endemis yaitu Desa Batang Kulur yang terjadi peningkatan kasus signifikan sebanyak 12 kasus pada Bulan Maret 2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur indeks entomologi, karakteristik, dan lingkungan habitat perkembangbiakan vektor malaria di Desa Batang Kulur.Metode: Kegiatan yang dilakukan yaitu penangkapan nyamuk dengan umpan orang, identifikasi dan pembedahan ovarium nyamuk untuk diketahui parusitas (pernah/tidak pernah bertelur) yang digunakan untuk memprediksi umur  dan survei habitat perkembangbiakan vektor malaria.Hasil: Spesies dan komposisi nyamuk yang ditemukan yaitu Aedes vexans, Aedes albopictus, Culex quinquefasciatus, Culex tritaeniorhynchus, Culex vishnui, Mansonia dives dan Anopheles leucosphyrus. Kepadatan nyamuk Anopheles leucosphyrus 0,30 dan kepadatan permalam yaitu 2,67 dengan peluang hidup perhari 95% serta perkiraan umur populasi 21,54 hari. Fluktuasi Anopheles leucosphyrus mulai muncul pada jam 22.00 dan kembali meningkat pada jam 04.00. Tempat perindukan nyamuk yang ditemukan yaitu Habitat perkembang biakan nyamuk yang ditemukan ada 2 yaitu kolam dan mata air.Simpulan: Terdapat habitat perkembang biakan yang mendukung, peluang hidup 95% dan potensi umur nyamuk lebih dari masa inkubasi Plasmodium sehingga di Desa Batang Kulur merupakan daerah yang cocok untuk perkembangan vektor malaria. ABSTRACT Title: Investigation of Spot Survey of Malaria Entomological in Epedemic Areas in Kotabaru District, South KalimantanBackground: Indonesia is targeting malaria elimination by 2030. Kotabaru Regency is a malaria endemic area. One of the endemic villages, Batang Kulur Village, saw a significant increase of 12 cases in March 2019. The purpose of this study was to measure the entomological index, characteristics, and environment of the malaria vector breeding habitat in Batang Kulur Village.Method: Activities carried out include catching mosquitoes by baiting people, telephone and surgery for the mosquito ovaries to determine of parity (parous /nullyparous) which are used to predict age and survey the breeding habitats for malaria vectors.Result: The mosquito species and composition found were Aedes vexans, Aedes albopictus, Culex quinquefasciatus, Culex tritaeniorhynchus, Culex vishnui, Mansonia dives and Anopheles leucosphyrus. The density of the Anopheles leucosphyrus was 0.30 and the per night density was 2.67 with a 95% chance of survival per day and an estimated population age of 21.54 days. Anopheles leucosphyrus fluctuations began to appear at 22.00 and again increased at 04.00. The mosquito breeding places found were 2 mosquito breeding habitats, namely ponds and springs.Conclusion: There is a suitable breeding habitat, a 95% chance of survival and a potential age of mosquitoes that is more than the plasmodium incubation period so that in Batang Kulur Village is a suitable area for the development of malaria vectors. 
Gejala Heat Strain pada Pekerja Pembuat Tahu di Kawasan Kamboja Kota Palembang Zulhanda, Dicky; Lestari, Mona; Andarini, Desheila; Novrikasari, Novrikasari; Windusari, Yuanita; Fujianti, Poppy
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 20, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.20.2.120-127

Abstract

Latar belakang: Pabrik tahu merupakan salah satu tempat kerja yang berpotensi menimbulkan iklim kerja panas. Hal ini tidak terlepas dari penggunaan api sebagai media produksi yang dapat menyebabkan seseorang mengalami heat strain. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi gejala heat strain pada pekerja pembuat tahu dan faktor apa yang paling mempengaruhi gejala heat strain tersebut.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dan penetapan sampel menggunakan teknik total sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 orang yang berasal dari enam pabrik tahu. Analisis data penelitian menggunakan uji chi square untuk analisis bivariat dan uji regresi logistik berganda untuk analisis multivariat.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan proporsi gejala heat strain pada pekerja sebesar 64,8% dan diketahui bahwa adanya hubungan antara iklim kerja panas (p-value = 0,008), usia (p-value = 0,014), dan konsumsi air minum (p-value = 0,002) dengan gejala heat strain, dan tidak adanya hubungan antara lama kerja (p-value = 0,077) dengan gejala heat strain. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara iklim kerja panas dengan gejala heat strain (p-value = 0,004) setelah dikontrol oleh variabel perancu.Simpulan: Hasil penelitian diketahui bahwa iklim kerja panas merupakan faktor yang paling mempengaruhi gejala heat strain pada pekerja pembuat tahu di Kawasan Kamboja Kota Palembang. Pemilik pabrik tahu dapat melakukan perbaikan ventilasi dan memasang plafon di pabrik, serta menyediakan fasilitas air minum untuk memenuhi kebutuhan air 2,8 liter/hari bagi pekerja. Title: Heat Strain Symptoms in Tofu Production Workers in Kamboja Area of Palembang CityBackground: Tofu industry is one of workplaces which has potential in creating hot working climate. This industry cannot be separated from the use of fire as one of production element where exposure to fire may cause workers to experience heat strain. This study aimed to determine the proportion of heat strain symptoms in tofu workers and what factors most influence the symptoms of heat strain.Method: This study used cross sectional study design and samples were determined by using total sampling technique.  Samples in this study amounted to 54 workers from six tofu making businesses. Analysis for study data was using chi-square test for bivariate analysis and multiple logistic regression test for multivariate analysis.Result: The study showed that the proportion for workers with heat strain symptoms was 64.8%. It was found that there was a correlation between hot work climate (p-value = 0.008), age (p-value = 0.014), and water consumption (p-value = 0.002) with heat strain symptoms. Meanwhile, there is no correlation between work length (p-value = 0.077) with heat strain symptoms. The result of multivariate analysis showed that there was a correlation between hot working climate and heat strain symptoms (p-value = 0.004) after control applied from confounding variables.Conclusion: The result showed that the hot working climate was the most influencing factor for the symptoms of heat strain on tofu workers. Tofu factory owners can repair ventilation and install ceilings in the factory. Besides, provide drinking water facilities to meet 2.8 liters/day for workers’ water needs.
Efektivitas Ekstraksi Tanaman Lidah Mertua dan Sereh Dalam Mereduksi Kadar Co Dalam Ruangan Wicaksono, Rizky Rahadian; Sulistiono, Eko
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 20, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.20.2.128-136

Abstract

Pendahuluan: Lidah mertua (Sansevieria trifasciata) dan sereh (Cymbopogon citrates)  merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Banyak orang telah memanfaatkan tanaman ini sebagai tanaman hias di rumah. Disisi lain, tanaman ini memberikan manfaat yang luar biasa dalam mengurangi kadar polusi udara. Zat beracun karbondioksida, benzene, formaldehyde, trichloroethylene, mampu di serap oleh tanaman ini. Lingkungan perkotaan kaya sekali akan zat pencemar, sehingga penelitian ini dilakuan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan tanaman lidah mertua dan sereh dalam menyerap kadar CO asap rokok ruangan.Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan true eksperimental dengan desain pretest dan postest. Penelitian ini dilakukan dengan prosedur pengeringan tanaman mengunakan oven pengering selama 24 jam dan 48 jam dengan suhu 60 oC. Dilakukan dengan dua kali pengulangan 2,5 dan 5 gram. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif.Hasil: Ekstrak tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata) dan sereh (Cymbopogon citrates) dengan pengovenan 48 jam lebih baik dalam penyerapan CO ruangan yang disebabkan oleh asap rokok dibandingkan dengan pengovenan selama 24 jamSimpulan: Penelitian ini menghasilkan bahwa ekstraksi lidah mertua dan sereh dapat menyerap kadar CO ruangan secara maksimal pada pengeringan 48 jam. ABSTRACT Tittle: The efectifity extraction of Sansevieria trifasciata and Cymbopogon citrates to reduce in door CO levelIntroduction: Snake plant (Sansevieria trifasciata) and lemon grass (Cymbopogon citrates have many benefits. Many people have used this plant as an ornamental plant inside home. On the other hand, this plant provides tremendous benefits in reducing air pollution levels. Toxic substances carbon dioxide, benzene, formaldehyde, trichlorethylene, can be absorbed by this plant. The urban environment is very rich in pollutants, so this research was carried out. The purpose of this study was to determine the ability of the in-laws and lemongrass tongue plants to absorb CO levels in indoor cigarette smoke.Methods: The method used in this research was the experimental research with pre-test and post-test designs. This research was conducted by drying the plants using a drying oven for 24 hours and 48 hours with a temperature of 60 oC. Performed in two repetitions of 2.5 and 5 grams.Results: The results of the extraction were exposed in a room treated with cigarette smoke with repetitions of 5, 10, 15, 20, 25 and 30 minutes. Room CO levels were measured using a CO meter.Conclusion: This study shows that the snake plants and lemon grass extract can absorb room CO levels maximally at 48 hours of drying.
Residu Antibiotik Serta Keberadaan Escherichia Coli Penghasil ESBL pada Daging Ayam Broiler di Pasar Kota Purwokerto Widhi, Anriani Puspita Karunia Ning; Saputra, Imam Nafi Yana
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 20, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.20.2.137-142

Abstract

Latar belakang: Pemenuhan kebutuhan pangan asal ternak yang berasal dari unggas memiliki angka konsumsi yang cukup tinggi salah satunya yaitu ayam broiler. Untuk memenuhi tingginya permintaan terhadap ayam broiler pada pakandiberifeed additiveserta antibiotic growth promotor (AGP) dalam bentuk antibiotik untuk mempercepat pertumbuhan dan daya tahan tubuh. Pemanfaatan antibiotik yang tidak bijak akan menimbulkan residu antibiotik serta resistensi Escherichia coli penghasil Extended Spectrum β-lactamase (ESBL).Metode: Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Data primer diperoleh dari hasil screeningtest. Data ditunjukkan dalam tabel dangambar yang dibahas secara deskriptif. Variabel yang diamati residu antibiotik tetrasiklin serta E. coli penghasil ESBL pada daging ayam broiler.Hasil: Temuan terhadap residu antibiotik tetrasiklin pada daging ayam broiler yaitu sebesar 7,14% dengan rerata zona hambat 12,13 mm, sedangkan hasil identifikasi E. coli penghasil ESBL pada daging ayam broiler diperoleh hasil sebesar 71,4%.Simpulan:Residu antibiotik tetrasiklin dalam daging ayam broiler masih tergolong aman dapat dikonsumsi namun, temuanE. coli penghasil ESBL pada daging ayam broiler menimbulkan masalah kesehatan, baik bagi kesehatan hewan maupun manusia, serta dapat menimbulkan resistensi terhadap antibiotik. ABSTRACT Title: Broiler Chicken Meat Sold at Purwokerto's Market Has Antibiotic Residues and Escherichia Coli That Produces EsblBackground: Poultry, of which broiler chickens are one example, is a food source with a relatively high consumption rate.Feed additives and antibiotic growth promoters (AGP) in the form of antibiotics in the ration are given to increase broilers’ growth and endurance to meet the high demand for them. It is important to note that unwise antibiotic use results in the buildup of antibiotic residues and resistance to the Extended Spectrum Beta-lactamase(ESBL)produced by Escherichia coli bacterium.Method: To collect primary data for this descriptive study, the screening test results were employed as a starting point. Next, the information was presented in the form of tables and figures.Result: According to this study, broiler chickens had a tetracycline residue of 7.14 percent, with an inhibitory zone mean of 12.13 mm, and 71.4 percent of ESBL-producing E. coli.Conclusion:According to the study, broiler chicken meat with tetracycline residue is still safe to consume. E. coli, which is known to develop an antibiotic-resistant strain of E. coli ESBL) can cause serious health problems in both humans and animals.

Page 1 of 1 | Total Record : 10